Obrolan di Korwil 7: Homeschooling

Korwil 7 adalah group online  Bunda Sayang, program dari Institut Ibu Profesional. Pesertanya merupakan gabungan beberapa kota di Indonesia dan Luar Negeri.


Tentang Narasumber

Dyah W.S
Ibu dari dua anak, berusia 11 dan 8 tahun. Sebagai praktisi Homeschooling selama lima tahun lebih. Sebelumnya ibu berusia 37 tahun ini berprofesi sebagai Guru di Sekolah Dasar selama 2 tahun. Lulusan UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta


Pengalaman sebagai praktisi Homeschooling 

Saya yakin teman-teman di Korwil 7 ini sudah banyak membaca tentang Homeschooling/Home Education. Jadi kita ngobrol-nggbrol santai saja ya.

Yang jelas saya tidak bisa menceritakan hal-hal wow seperti yang banyak ditampilkan di blog-blog HS/HE. Anak-anak saya juga adalah anak-anak kampung biasa, bukan anak-anak jenius atau berprestasi istimewa. Apalagi yang saya lakukan sehari-hari juga aktivitas ibu-ibu biasa, jauh dari baik. 

Bahkan proses  saya mengambil jalan HS juga, alhamdulillah, tidak ada hal-hal dramatis. Kurang lebih seperti ini:

1) Saya suka ide HS. Waktu SD, bapak saya pernah cerita tentang Prof. HAMKA yang memperoleh gelar profesornya secara otodidak. 

Kemudian ketika sekolah dan kuliah sering mendengar kisah orang-orang terkenal atau celeb top yang HS seperti Thomas Alpha Edison, grup musik Hanson, penulis trilogi Eragon Christopher Paolini, actor Elijah Wood, dll.

2) Di awal pernikahan sering membaca tulisan-tulisan tentang HS baik buku maupun internet. Sampai sulung saya masuk TK, saya dan suami sering mengobrol tentang berbagai problem dunia pendidikan. Pada saat yang sama, kami merasakan beberaapa kebijakan di sekolah si sulung yang dirasa kurang sreg. 

3) Puncaknya, si sulung terlihat bosan dan lelah dengan sekolahnya. Maka setelah sounding HS bersama suami selama kurang lebih 6 tahun. Saat si sulung tamat TK, kami memutuskan untuk tidak mendaftarkan si sulung ke SD.

4) Ibu saya yang kebetulan Kepsek SD mendaftarkan cucunya (sulung saya) di sekolah beliau dan meminta saya bantu-bantu ngajar. Karena sekolah beliau itu untuk anak-anak menengah ke bawah. Saya terima tawaran beliau hanya agar tidak mengcewakan.

5) Selama dua tahun saya working and homeschooling, karena sulung saya tetap tidak mau sekolah. Awalnya saya bawa anak2 ke sekolah. Mereka berkegiatan sendiri mojok di perpus atau kantor. Kemudian setelah saya pegang kelas penuh, saya titipkan mereka di tempat Bulik.

6) Puncaknya, saya tidak sanggup membelah diri mengajar anak orang dan mengajar anak sendiri yang semuanya tidak optimal. Maka saya pun resign. Terbukti kan saya bukan supermom yg jago multi tasking...

Nah, itulah sekelumit cerita HS saya yang plain dan biasa bangeeeet...


Tanya jawab

Erli - Batam
Buat saya seorang ibu mengambil keputusan untuk HS itu luar biasa! Gimana memulainya mba, apa aja yang perlu disiapkan untuk mulai gerak?
Jawab:
Versi saya adalah banyak membaca, ngobrol sama suami (sounding), berdoa, nekat.
Saya baca tulisan-tulisan di Rumah Inspirasi, tulisan Mba Wiwiet Mardiati, tulisan Prof. Daniel M. Rosyid, Penelope Trunk, Linda Dobson.
Yang diobrolin seputar problem dunia pendidikan, karena beliau (suami) juga guru. Nah jadi sekarang status suami saya: guru SD yang anaknya nggak di sekolahin.

Dian - Singapura 
Dalam tulisan disebut, si sulung tetap gak mau sekolah meskipun sudah didaftarkan sekolah sama nenek? 
Begitu banyakkah tugas di Taman Kanak Kanak buat si sulung? 
Jawab:
TK nya sebetulnya santai, tidak ada PR. yang bikin ngga mau sekolah karena dia ikut saya ke SD. Melihat kehidupan di SD dia ngga minat. Terus, yang utama karena sudah kena virus dari saya he..he.. bahwa ada banyak cara belajar selain di sekolah.

Melly - Jerman
1. Si sulung ada masanya deschooling nggak mba? Kalo iya berapa lama sekolah TK dan berapa lama masa deschooling ini?
2. Bagaimana team work keluarga mba Diah dalam memantau track HS anak-anak baik itu ilmu yang keluarga mba Diah kuasai atau ilmu dari orang lain?
Jawab: 
1. Sampai sekarang juga masih deschooling Mba he..he.. Terutama orangtua yang produk sekolahan, sering galau kalau anak-anak tidak seperti anak-anak lainnya. Dalam hal pelajaran, anak-anak saya kalau dites pasti banyak ngga taunya.
2. Team work, saya manajernya. Sebelum Si Sulung 10 tahun, pengetahuan dan keterampilan hidup dasar saya dan suami yang ngajarin. Baru setelah Si kakak 10 tahun, mulai masuk les karate, renang, menjahit, craft, kelas menulis dan lain-lain.

Lila - Bengkulu
1. HS itu ikut ujian nasional nggak mbak ?
2. Cari referensi bahan belajar biasanya di mana ? ke mana ? pada siapa ? 
Jawab:
1. HS bisa ikut UN, dengan mendaftar sekolah payung, ikut prosedur di sekolah formal. Hanya belajarnya yg di rumah. Tapi yg ini harus nyari sekolah yang bersedia menerima. Alternatif lainnya Ujian Paket A/B/C daftar di PKBM. Atau ambil ujian Cambridge.
2. Bahan belajar bisa ke mana saja, di mana saja, kepada siapa saja he...he...
Bisa dari buku, internet, kursus, klub, dll...

Dieni - Singapura 
HS sama HE itu apakah sama konsepnya? Saya sempet nangkapnya HE itu bisa juga yang anaknya masih tetap ikut sekolah formal tapi di rumah ditambahin (ditambahin apa yaa?)
Jawab:
Ini pertanyaan yang hari-hari ini bikin saya agak gimana jawabnya 
HE bisa untuk yang anaknya sekolah itu redefinisi oleh Ustadz Harry Santosa.

Secara internasional sebenarnya HS/HE itu sama saja, yaitu gerakan orangtua mengambil kedaulatan pendidikan ke tangan mereka tanpa memasukkan ke sekolah formal. Yang membedakan adalah metode atau pendekatan yang digunakan orangtua dalam mengelola pendidikan anak-anaknya. Selain itu, tergantung negara mana yang pakai. Di Inggris tidak ada istilah HS. Yang dipakai HE untuk anak-anak yang nggak sekolah (dididik oleh ortu).

Di Amerika lebih populer HS. Orangtua yang pakai istilah HE itu yang melihat kegiatan pendidikan di rumahnya tidak mirip sekolah.
Untuk kegiatan pendidikan di luar sekolah yang diadakan oleh orangtua sebenarnya sudah ada istilahnya, yaitu after schooling.
Tapi sekarang saya no problem lah soal istilah

Latifah - Kebumen
Kedua anak Mba Dyah bisa membaca usia berapa? Boleh tahu metodenya pakai apa? 
Bagaimana dengan pergaulan putrinya dengan teman-teman di rumah?
Jawab:
Dua anak beda Mba. Yang pertama mulai tanya-tanya huruf sejak TK. Dan di TK juga belajar membaca dengan gurunya. Jadi tamat TK usia 6,5 sudah bisa baca.
Yang kedua karena nggak TK, belajarnya cuma kenal huruf-huruf lewat buku, game, apa aja lah. Saya baru ajarin pake buku latihan membaca di usia 7 tahun karena saya punya bukunya utuk ngajarin murid di sekolah.
Pergaulan di rumah dengan sepupu dan tetangga. Setelah masuk klub karate, renang jadi nambah teman. Di usia dini teman terpenting dan terbaik anak kan keluarga dan orang-orang sekitar. Seiring bertambah usia secara alami pergaulan meluas dengan bergabung di krub bakat minat atau kursus. Oya, pesantren liburan juga.

Lisa - Swedia
Mba Dyah dan suami super sekali ini, kalau boleh berbagi tentang obrolannya.  Permasalahan dunia pendidikan yang jadi alasan utama yang seperti apa hingga memutuskan untuk memilih jalan HS/HE ini mba?
Jawab:
Banyak Mba... Misalnya, anak-anak itu kan beda-beda, sedangkan di sekolah ada standar yang harus dipenuhi dan ada nilai yang menyebabkan anak-anak diberi label-label seperti lambat, bodoh, biasa saja, pintar.
Sebagai guru inginnya anak-anak yang beda-beda itu dilayani secara berbeda sesuai kebutuhannya. Tapi sistem tidak memungkinkan. Guru juga dibebani banyak sekali kewajiban administratif.

Lisa - Swedia
Iya sedih kalau smpai nilai jadi tolak ukur kepintaran,  padahal tiap anak kecerdasannya beda-beda.  Bila sistem pendidikan indonesia membaik,  apakah ada niat untuk menyekolahkan anak lagi?
Jawab:
Saya tidak tahu kapan itu datangnya. Mungkin butuh waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun. Sedangkan sekarang anak saya sudah masuk usia teenager sudah wktnya untuk belajar menjadi manusia produktif. Jika nanti anak sekolah, maka itu karena sekolah yang dipilih itu merupakan jalur terbaik untuk mewujudkan cita-cita anak.
Sedangkan saat ini anak saya belum menunjukkan minat pada profesi-profesi formal seperti dokter atau pengacara. Dan kalau sekolah yang dibutuhkan itu adalah Perguruan Tinggi, ada banyak jalur yang bisa diambil untuk masuk selain ijazah formal.

Erli - Batam
Anak-anak  diajari apa aja sehari-hari? Alokas belajarnya gimana, ada jadwal harian kah?
Jawab:
Ngga diajari apa-apa. Belajar ngaji aja, calistung sama ortu. Dibantu IXL Math, Khan Academy. Sains pakai buku2 Perpus, pake game Animal Jam. Selain pelajaran sekolah, ikut klub bakat -minat, kelas menulis via Whatsapp
Jadwal ala2 sekolah ngga ada sih. Pagi Shalat Dhuha, ngaji, hafalan, Khan Academy, menulis tematik. Saya ngintip KTSP. Habis maksi project individu, kursus, outdoor, ke sawah, manjat pohon, main sama sepupu dan tetangga. Ya gitu-gitu aja.

Waaaah gak diajarin apa-apa tapi sederet kegiatan berkualitas mengisi hari-hari dua anak mbak Dyah. Luar biasa! Pengetahuan terjamin anak-anak belajar dengan senang tidak merasa terbebani.
Sampai ketemu di obrolan Korwil 7  dengan bahasan yang tidak kalah menarik. 

Comments

Popular Posts